Humor: Simbah is the Best
Di zaman sekarang ini, semua orang sudah bisa membaca dan menulis dengan lancar. Bahkan anak usia TK sudah banyak yang bisa membaca dan menulis.
Berbeda
dengan zaman baheula, waktu Simbah saya
-Mbah Buk- masih kecil dulu. Saat Jepang masih menjajah negeri ini.
Banyak
anak di waktu itu yang tidak dapat pendidikan layak. Jangankan sekolah, makan
saja susah. Simbah menjadi salah satu
dari mereka, para penyandang buta huruf. Beliau tidak bisa membaca dan menulis.
Meski
begitu, Mbah Buk jago dalam mengingat
dan berhitung di luar kepala. Ibu saya yang sempat kuliah di ekonomi UGM saja
kalah dalam soal hitung menghitung dengan Simbah.
Pernah
sekali waktu, Mbah Buk minta si ibu
menghitung catatan hutang salah satu pelanggan kredit peralatan rumah tangga di
warung kelontong sederhananya.
Ada
perbedaan hitungan antara Simbah dan
Ibu. Setelah dicek lagi, Simbah-lah
yang terbukti benar hitungannya. Padahal beliau tidak memiliki catatan wong ndak bisa baca tulis.
Dalam
soal membaca, kakak ibu yang seorang guru dan dipanggil Bu Guru oleh Simbah dan ketiga putri Simbah yang lain bertugas melatih Mbah Buk membaca. Dimulai dari bacaan
paling sederhana, ejaan per huruf seperti anak TK.
Satu
kali Mbah Buk berhasil mengeja huruf
demi huruf dengan lancar. “El e el e,” ucap Simbah
mantap. “Bagus,” Bude menanggapi. “Sekarang dibaca semuanya, Mbah, el e el e?” Bu Guru menunggu
jawaban.
“El
e el e, iwak!” Simbah menjawab mantap. Wajah Mbah
Buk menunjukkan bahwa beliau tidak mungkin salah. Sementara Bude tersenyum
lebar, menutup mulut dan kemudian tertawa.
Tawa
Bude mengundang rasa penasaran ketiga putri lainnya. Apa yang terjadi? Setelah
mendapat penjelasan dari Bu Guru, keempat putri Simbah tertawa kompak.
Sejak
saat itu, entah karena tidak mau lagi ditertawakan anaknya atau karena apa, Simbah memutuskan tidak lagi belajar
membaca. Cukup dengan mendengar dan mengingat, mungkin begitu pikir beliau.
Meski tidak bisa membaca, Mbah Buk mampu
menyesuaikan diri dan bisa berbahasa Indonesia lancar.
Selain
itu, ketidakmampuan Simbah membaca
dan menulis tidak menghalangi beliau terpilih
sebagai bendahara kelompok ibu-ibu pengajian di lingkungan rumah.
Bagi
keempat putrinya yang yatim sejak remaja, Simbah
is the best.
Catatan:
Iwak
(bahasa Jawa) = ikan
Komentar
Posting Komentar