PENGABDIAN, Opini Receh Pagi Ini

Sebenarnya untuk apa kita hidup? Itu kembali menjadi pertanyaan yang berputar di kepala. 

Latar belakang yang berbeda, modal usaha yang berbeda dari mulai perbedaan keturunan, kepemilikan harta, kerupawanan fisik, membuat seakan tidak adil ketika sukses itu hanya terdefinisikan oleh tercukupinya atau bahkan berlimpahnya sandang pangan dan papan, sempurnanya fisik an sich. Startnya saja sudah beda, right? Bagaimana itu bisa dijadikan ukuran kesuksesan?

Buku ESG jilid kedua Pak Ary Ginanjar menjawab kegelisahan itu. Hidup adalah pengabdian pada-Nya. 

Menjadikan-Nya sebagai pusat hidup. Itu cukup menjadi jawaban dari kegelisahan seorang yang terimbas materialisme abad ini seperti saya. Yang capek sendiri dengan segala tuntutan hidup yang dibuat sendiri atau muncul dari lingkungan mulai lingkungan terdekat maupun lingkungan yang biasa dijumpai. 

Ngabdio marang Gusti, mung kuwi uripmu kok isi. Mengabdilah pada Tuhan, hanya dengan itu hidupmu kau isi. Sepertinya ada malaikat yang sempat-sempatnya membisiki. 

Mau kaya miskin, ganteng atau rupa pas-pasan, keluarga ningrat atau jelata, semua bisa mengabdi pada-Nya dengan segala apa yang dia punya dan bisa. Habis perkara. Mau presiden atau petani kontrak sekalipun, saat niat hidupnya untuk mengabdi pada-Nya, entah bagaimana, jadi ringan di hati. 

Target-target hidup masih ada. Bikin tulisan ini itu per bulan, mau ini itu tahun ini dan tahun depan. Tapi entahlah, saat ingat kata kunci itu (pengabdian), semua tidak lagi membebani. Seperti yang sudah terjadi sebelum-sebelum ini. Alhamdulillah.

Thank a lot semua, yang baik hati dan tidak sombong πŸ€—

Maaf bila ada salah kata dan salah sikap, nggih?

Tetap sehat semangat bahagia di sana, karena Tuhan pun ingin kita gembira? GBU πŸ€—πŸ™πŸΌπŸ’ͺ🏼

Foto oleh Ioana Motoc: https://www.pexels.com/id-id/foto/cangkir-romantis-tempat-tidur-kamar-tidur-7521411/





Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Quotes tentang Yakin

15 Quote tentang TENANG

17 Quote tentang MIMPI