Opini: We are Nothing
Pengakuan A Stupid Writer
Aih, akhirnya tiba saatnya menguak BTS, behind the scene dari nama pena Naledokin A Stupid Writer.
Honest, saya memang sedang menikmati label a stupid writer yang tersemat di belakang kata naledokin. Hehe bisa jadi perlindungan kalau tidak sengaja salah atau ketika ndak tahu. Itu satu momen bahagia tersendiri.
Padahal ide itu terinspirasi dari pebasket Denny Sumargo –Densu– yang berjuluk pebasket sombong. Saya belum cari tahu kenapa Densu menyandang predikat itu. Tapi sepertinya dia ndak beneran sombong deh. Itu semacam branding saja, menurut saya.
Akhirnya, terpilihlah a stupid writer sebagai label saya, cara saya membranding diri di tengah jutaan orang yang ingin meraih mimpi sebagai penulis.
Bodoh sendiri sebenarnya sudah ada dalam kata naledokin yang merupakan singkatan hiNA, LEmah, boDOh, misKIN. Ih, kok namanya pilih itu sih, nama kan doa? Adik saya saja sempat protes.
Masalahnya, setelah dilanda insecure bertahun-tahun, saya sadar kalau diri ini mudah sekali melambung, merasa lebih dari yang lain juga munculnya rasa-rasa buruk sejenis, salah satu ekses negatif, kebalikan dari insecure: sombong.
Kita semua paham kan salah satu hadis terkenal itu? Tidak akan masuk surga mereka yang di dalam hatinya ada kesombongan sebiji dzarrah pun. Sebiji atom pun!
Dan ciri sombong itu ada dua? Tidak mau mengakui kebenaran dan merasa lebih dari lainnya. Perjalanan panjang tersendiri sampai mati sepertinya untuk tetap merasa nothing.
Hina. Sejatinya kan kita memang hina ta? Allohlah yang menutup aib-aib kita, dosa kita yang selangit itu?
Trus lemah, siapa dari kita yang merasa kuat dan sehat tanpa campur tangan Alloh yang menjaga jantung tetap berdetak padahal kita nggak ikut turun tangan sama sekali mengoperasikannya? Napas yang teratur kita hirup tanpa kita sadar ada Alloh yang gerakkan paru-paru?
Bodoh. Siapa kita tanpa Ilham dari-Nya? Tulisan aku ini, karyaku oi. Sering kita mengklaim begitu kan, ya? Sementara itu, Allohlah yang beri ide, mengizinkan jari jemari mengetik tanpa kendala, menuntun otak bisa berpikir jernih, tenang saat meramu kata? Menenangkan hati keluarga agar kita bisa lancar berkarya. Alloh jua yang menuntut kita bertemu dengan buku ini itu, si A si B agar wawasan kita lebih terbuka.
Miskin. Kita punya apa sebenarnya, kalau semua yang ada adalah titipan-Nya? So, ada saat pertanggungjawaban kelak. HP kita, akan ditanya untuk apa saja? Laptop kita, dipakaikah sesuai titah-Nya? Uang kita, halalkah cara mendapatnya?
Ya, Alloh, we are nothing absolutely. Nama pena naledokin adalah usaha saya untuk mengingat kesejatian itu, bahwa sebenarnya kita bukan siapa-siapa, bukan apa-apa.
Meski saya masih berusaha untuk paham sepenuhnya arti kalimat itu, tapi setidaknya dengan nama pena naledokin, saya akan selalu ingat untuk tidak jumawa.
Selalu ingat bahwa hanya mereka yang selamat hatinyalah yang akan berjumpa dengan Alloh, sang pemilik segala: tujuh langit, bumi serta semua apa yang ada didalamnya.
Saya ingin selamat sampai pertemuan denganNya, meski tertatih bahkan lambat nian langkah menujuNya.
Wallahu'alam bish shawab.
Yogya, Ahad, 18 Desember 2022 pkl 17. 06 WIB
Foto: Pexels Pixabay
Luar Biasa, terjawab sudah unek-unek dalam pikiran saya, apa sih sebenarnya arti Naledokin, dan sore ini semua jelas... Keren kak.
BalasHapus