Opini: Melabeli Diri Penulis Pemula, Why Not?
Hidup adalah sebuah perjalanan - kalimat bijak entah dari siapa lupa, maaf.
Penulis pemula. Saya tidak malu dan ragu mengakui diri sendiri sebagai pemula.
Toh, nyatanya puisi saya masih aneh dan wagu. Coretan berisi luapan emosi dan pembelajaran tentang imajinasi yang simpel.
Cerpen saya? Jangan ditanya. Kadang atau seringkali ketika mentok, mubal kepala, saya searching cerpen maestro sastra. Putu Wijaya, Seno Gumira Ajidarma misalnya dan belajar mengamati struktur cerpen mereka.
Setelahnya, saya kemudian gunakan kerangka cerita mereka tuk membuat kisah saya sendiri. Cerpen Dhuha lahir dari teknik ini. Istilahnya copy of the master?
Sejarahnya copy of master adalah sebutan untuk pelukis Cina yang sedang belajar melukis. Mereka diberi tugas untuk meniru lukisan mastah sampai benar-benar mirip.
Di tulisan, tentu saja struktur, kerangkanya yang ditiru, ceritanya besutan sendiri. Kecuali mau disebut plagiator. Semisal Cerpen Dhuha. Itu idenya dari cerpen Putu Wijaya. Saya lupa judulnya.
Cerpen beliau strukturnya dialog dan dialog. Sangat minim deskripsi dan narasi. Begitulah.
Jadi, saya masih tertatih untuk belajar menulis dan menjadi ahli. Rencananya saya akan selalu melabeli diri sebagai pemula.
Karena selalu ada hal, pelajaran baru dalam menulis. Deal?
Saya ndak mau seperti penulis novel Wattpad yang disindir owner penerbit Pidimedia, Pak Ikhwanul Halim. Hanya karena novelnya banyak dibaca di WP, dia males ngedit, kurang peduli dengan PUEBI atau penulisan yang rapi dan tata cara menulis.
Poinnya bagi saya, beliau sang penulis bisa jadi sudah puas, merasa nyaman dan enggan untuk belajar? Ini dugaan an sich sih. Semoga tidak benar begitu.
Tapi saya rasa, perasaan tidak puas dan memiliki target demi target atau setidaknya menjadikan diri, tulisan lebih baik dari hari ke hari itu perlu.
Agar jiwa pembelajar itu tetap terpelihara?
Saya misalnya, ada yang bilang tulisan sering trending di Opinia, medsos berbasis literasi? Alhamdulillah kalau begitu. Meski jujurly, seringnya tulisan trending malah ketika tidak berniat trending hehe. Pas niat pengen trending, zonk kwikwik.
Belajar menulis berdasar kemanfaatan, begitulah saya sedang digembleng sekarang ini.
Kalau saya merasa puas dengan sambutan yang ada di Opinia, saya akan rugi sendiri. Masih banyak media menulis yang butuh dijelajahi dan saya masih penasaran menembusnya.
Berbeda dengan Cikgu Endang Sri Sulistiya dan Reni Widiyastuti yang namanya sudah sering bersliweran di info grup FB karena dimuat, tulisan saya masih bisa dihitung dengan jari yang tembus ke media.
So, yang sudah biasa dimuat media tulisannya, tolonglah tulis lika-liku perjuangan menembus media. Jangan tulis hasilnya sajalah. Agar kita semua juga bisa tahu proses dibalik segala sesuatu?
Generasi sekarang (saya termasuk nggak ya, enggak terlalu sepertinya), lebih sering dihadapkan pada hasil daripada proses?
Wah, si A si B enak ya trending atau viral. Padahal ada rentetan langkah yang butuh dilakukan selain doa, rangkaian kebaikan tuk mencapai itu semua.
Jadi, saya dengan mantap mentahbiskan diri sebagai pemula, penulis pemula. Agar selalu ingat untuk tidak puas, mau keluar dari zona nyaman dan berani mencoba menjelajah.
Aish, ini tulisan di luar rencana runtutannya. Fast writing saya. Well, semoga ada manfaat yang bisa diambil dari tulisan sederhana ini nggih. Banyak maaf dan terima kasih, A God blesses all of you π€ππΌπͺπΌπ
Yogya, Rabu, 11 Januari 2022 pkl 09.10 WIB
Foto oleh Andrea Davis: https://www.pexels.com/id-id/foto/lampu-garam-himalaya-dekat-laptop-di-atas-meja-kayu-3653849/
Komentar
Posting Komentar