Opini: Beneran Kenal?

 

Aku pikir, dia termasuk sosok pemimpin yang baik. Ramah, mengerti, paham serta peduli dengan rakyat yang dipimpinnya. 

Ternyata, aku kembali salah. Lagi, lagi karena kurang informasi. Astaghfirullah.

Pagi ini, aku membaca di salah satu akun penulis terkenal di negeri sebelah, negeri tanda tanya. Isinya tentang cuitan salah seorang pejabat daerah di negeri tersebut yang kemudian dihapus. 

Kenapa cuitan itu dihapus? Besar kemungkinan karena tercantum nama lembaga sosial pembagi zakat kelas nasional di sana. Sementara sang pejabat menyebut diri beliau – saya– sebagai pemberi sumbangan. Dan yang disumbang adalah kader partai tertentu. 

Nah, muncul banyak prasangka jadinya kan? Saya itu siapa? Sebagai pribadi, kader partai atau pejabat daerah? Beliau juga saat penyerahan sumbangan dalam rangka menjalankan peran yang mana?

Mestinya untuk setiap peran, ada juga pengalokasian dana yang berbeda kan? Agar tidak terjadi kerancuan dana yang menyebabkan ketidakberkahan bahkan ketidakhalalan. 

Astaghfirullah, naudzubillahi tsumma naudzubillah (self reminder dah).

Soal berkah ini, jadi teringat tulisan penulis di Opinia, Urip Widodo. Dalam salah satu tulisan (yang saat itu blom beliau cantumkan sumbernya dari mana, hehe, maaf Mr Urip), beliau berkisah tentang seorang ulama yang doanya tidak lagi makbul karena memakan sebutir –SEBUTIR guys, remember it– kurma. 

Ini kurma, ada tergeletak di dekat timbangan si penjual. Nah, sang ulama mikirnya itu bagian dari kurma yang beliau beli dan terjatuh. Eh, ternyata salah. SEBUTIR kurma itu bukan haknya. 

Bersusah-susahlah sang ulama menemui si penjual kurma yang ternyata sudah wafat berikut ahli warisnya demi kehalalan SEBUTIR kurma itu. 

Setelahnya, doa beliau kembali makbul, alhamdulilah. 

Itu baru SEBUTIR kurma. Bagaimana kalau uang jutaan, puluhan bahkan milyaran? Astaghfirullah, naudzubillah tsumma nauzubillah.

Well, saya diingatkan untuk tidak langsung menyalahkan sang pejabat. Karena agar adil, mesti mendengar berita dari dua sisi dong? Apa tuh bahasa keren jurnalistiknya? Cover both sides?

Hm, saya blom cek medsos sang pejabat sih. Saya hanya akan berbagi pelajaran yang didapat pagi ini. 

Bahwa ternyata, butuh effort tertentu untuk benar-benar tahu, kenal dan paham pribadi seseorang. Calon pemimpin terutama. 

Jadi inget nasihat Umar bin Khathab ra dong. Kenal itu kalau tahu kondisinya sehari-hari seperti apa, pernah berbisnis bareng, bepergian bareng atau pernah mengamanahkan sesuatu. 

Nah, kalau hanya sekadar tahu, melihat dari medsos doang, bagaimana tuh?

Wallahu'alam bish shawab

Yogya, Senin, 02 Januari 2022 pkl 08. 38 WIB

Sumber tambahan ilmu: https://hamalatulquran.com/saran-jitu-sahabat-umar-untuk-mengetahui-jati-diri-seseorang/

Foto oleh Tracy Le Blanc: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-memegang-iphone-menampilkan-folder-jaringan-sosial-607812/

Banyak maaf bila ada salah kata dan sikap, thank a lot all, A God blesses you = GBU πŸ˜˜πŸ™πŸΌπŸ’ͺπŸΌπŸ˜‡





Komentar

Postingan populer dari blog ini

16 Quotes tentang Yakin

15 Quote tentang TENANG

17 Quote tentang MIMPI